Minggu, 30 April 2017

Keterampilan Bertanya

Keterampilan Bertanya Dasar
A.            Latar Belakang
                Dalam kehidupan sehari-hari bertanya adalah kegiatan yang tak pernah terlewatkan, dilakukan oleh setiap orang tanpa mengenal batas usia, dan dilakukan dimana saja ketika si penanya menginginkan informasi terhadap sesuatu yang diketahuinya. Di pasar, di jalan, di rumah, di kantor, di pusat perbelanjaan, di tempat lainnya baik itu orang tua, para remaja, maupun anak-anak sering kita jumpai kegiatan tanya jawab.
                Pertanyaan yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari biasanya dilakukan sekedar untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu yang ingin diketahuinya. Misalnya seorang ibu ketika di pasar bertanya kepada penjual, berapa harga satu kg daging ? Seorang anak ketika berjalan-jalan dengan bapaknya ke kebun binatang, bertanya kalau burung muri berasal dari mana ? dan lain sebagainya.
                Jenis pertanyaan yang diajukan kedua contoh di atas, penanya hanya bermaksud memperoleh informasi yang belum di ketahuinya yaitu harga daging dan asal burung muri. Adapun dalam kegiatan pembelajaran pertanyaan diajukan selain untuk memperoleh informasi, juga memiliki tujuan yang lebih luas dan mendalam yaitu agar terjadi proses belajar.
                Dalam pengalaman sehari-hari sering kita dapatkan adakalanya kita tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang diajukan. Penyebabnya mungkin bermacam-macam, seperti mungkin oertanyaannya tidak jelas sehingga tidak dimengerti oleh pihak yang di beri pertanyaan. Kemungkinan lainnya ialah yang menerima pertanyaan tidak cukup trampil untuk mengemukakan jawaban secara akurat. Secara sederhana dapat disimpulkan baha kegagalan dalam bertanya adalah karena belum menguasai atau kecakapan menggunakan keterampilan bertanya.
                Keterampilan bertanya sangat penting di kuasai oleh calon guru dan para guru, keterampilan bertanya merupakan kunci untuk meningkatkan mutu dan kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam pembelajaran  bukan hanya untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak yang ditanya, jauh lebih luas dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.            Pengertian Keterampilan Bertanya Dasar
                Secara etimologis keterampilan bertanya dapat diurai menjadi dua suku kata yakni “terampil dan tanya”. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam menyelesaikan tugas atau mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapa di rumuskan adalah kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain, atau pihak yang menjadi lawan bicara.
                Salah satu bentuk konkrit dari seseorang yang memiliki keterampilan mengembangkan pertanyaan, yaitu akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang cukup baik. Dengan pertanyaan yang baik akan menggali wawasan dan pengetahuan serta kemampuan berpikir pihak yang di tanya, Pertanyaan adalah alat untuk mendapatkan jawaban atau respon dari seseorang. Pengertian itu menunjukan betapa pentingnya sebuah rumusan pertanyaan karena merupakan kunci untuk mendapatkan respon yang sesuai harapan dari pihak yang bertanya.
                Kegiatan bertanya dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk memfasilitasi terjadinya belajar,yaitu perubahan prilaku yang menyeluruh (pengetahuan,sikap, keterampilan) pada siswa. Upaya mendapatkan informasi merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran, tujuan lain yang lebih mendalam adalah bagaimana setiap informasi pembelajaran yang diperolehnya itu di kaji, di proses dan di olah, melalui pertanyaan-pertanyaan sehingga dipahami dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
                Apakah pertanyaan yang di ajukan selalu harus dalam kalimat tanya, seperti “siapakah presiden RI yang ke empat?”. Sementara kalimat dalam bentuk suruhan atau pernyataan yang mengharapkan respon dari siswa, seperti “coba jelaskan bagaimana pendapatmu jika sampah bertumpuk di tempat pemukiman tidak di buang ke tempatnya”, tidak termasuk ke dalam pertanyaan.
                Menurut John I. Bolla, dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respon siswa sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir, dimasukkan dalam pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh GA Brown dan R. Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah “segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan)”.
                Merujuk pada dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atau pernyataan, selama itu dimaksudkan adanya respon dari siswa, dikategorikan sebagau pertanyaan.
                Dalam perkembangannya, keterampilan bertanya diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Dalam kegiatan pembelajaran dua ini kita memfokuskan bahasannya pada keterampilan bertanya dasar, sedangkan keterampilan bertanya lanjut akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran tiga.
                Keterampilan bertanya dasar merupakan pertanyaan pertama dan pembuka. Jadi merupakan kunci awal untuk menggali informasi atau meminta penjelasan sebelum melanjutkan komunikasi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan selanjutmya. Dengan demikian, bertanya dasar adalah pertanyaan pokok atau dasar yang berfungsi sebagai stimulus untuk merangsang munculnya jaaban atau respon dari siswa.
C.            Tujuan, Tipe dan Syarat-syarat Bertanya
1.            Tujuan
                Dalam pembelajaran pertanyaan kadang-kadang menjadi unsur yang paling sering digunakan oleh guru untuk mengolah informasi pembelajaran. Pertanyaan dalam pembelajaran pada dasarnya adalah untuk membelajarkan siswa, yaitu mengkomunikasikan materi dan lingkungan pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
                Adapun secara terperinci tujuan pertanyaan, seperti dikemukakan Turney (1979) dalam Siti Julaeha diidentifikasi dalam beberapa aspek sebagai berikut :
                a.            Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
                b.            Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
                c.             Menggalangkan penerapan belajar aktif
                d.            Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri
                e.            Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal
                f.             Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
              g.              Mengkomunikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran
h.            Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya  tentang informasi yang diberikan
i.              Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir
                j.             Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pertanyaan guru
                k.            Memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi
                l.              Menyatakan perasaan dan pikiran yang murnikepada siswa

2.            Tipe Pertanyaan
                Tipe atau bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan setiap bentuk pertanyaan tergantung pada tujuan yang di harapkan. Jika diidentifikasi paling tidak ada enam tipe atau bentuk pertanyaan yaitu :
                a.            Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta; yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya. Misalnya “Kapan pemilihan presiden Republik Indonesia pertama kali yang langsung dipilih oleh rakyat”.
                b.            Pertanyaan yang menuntut kemampuan membandingkan; yaitu pertanyaann untuk mengembangkan atau melatih daya pikir khususnya kemampuan berpikir analisis dan sintesis. Misalnya “Bandingkan antara perjalanan dengan menggunakan kereta api dan Bis ?”.
c.             Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis; yaitu pertanyaan untuk engembangkan dan melatih kemampuan atau daya analisis; Misalnya “Apa yang menyebabkan terjadinya bencana Tsunami”
d.            Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan (judgment); yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan meramalkan atau membuat perkiraan-perkiraan. Misalnya sambil menunjuk buah pepaya “Berapa kg kah berat buah pepaya ini ?”
e.            Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian; yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan berpikir secara teratur, logis, sistematis, dan komprehensif. Misalnya “Jelaskan bagaimana upaya untuk menyelamatkan diri dari bencana alam gempa bumi ?”
f.             Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya; yaitu pertanyaan untuk memberikan penegasan atau meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa. Pertanyaan semacam ini digolongkan kedalam jenis pertanyaan retorika yang tidak perlu mendapatkan jawaban. Misalnya, setelah guru menjelaskan tentanf cara-cara darurat untuk menyelamatkan diri dari bahaya gempa bumi, kemudian guru bertanya “Apakah perlu informasi ini diketahui pula oleh teman-teman kalian yang lain ?”

3.            Syarat-syarat pertanyaan
                Agar pernyataan yang di ajukan mendapat respon yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan, maka ketika menyampaikan pertanyaan untuk tipe atau bentuk pertanyaan maupun hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
a.            Pertanyaan disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya
b.            Pertanyaan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir kemudian baru ditunjuk salah seorang yang diminta untuk menjawabnya.
c.             Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan.
d.            Penunjukan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawab (belajar).

D.            Komponen Keterampilan Bertanya
                Keterampilan bertanya memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru. Kemampuan guru menguasai terhadap komponen keterampilan bertanya dan menerapkannya dalam pembelajaran akan sangat menentukan kualitas pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
                a.            Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
                Pertanyaan yang diajukan harus jelas, singkat dan dapat dipahami oleh yang diharapkan dapat memberikan jawaban (siswa). Pertanyaan dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit akan mempersulir memahami pertanyaan yang diajukan,
                b.            Pemberian acuan
                Pemberian acuan (structuring) dimaksudkan utuk membantu siswa mengolah informasi pembelajaran dan menemulan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan dengan tetap memfokuskan perhatian pada topik pembelajaran.
                c.             Pemusatan
                Pertanyaan berdasarkan cakupannya dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu : pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Keduanya memiliki peluang yang sama untuk digunakan, tergantung pada tujuan dari pertanyaan itu sendiri. Pertanyaan luas memungkinkan jawaban yang didapatkan masih bersifat umum dan cukup luas. Adapun pertanyaan sempit, jawaban atas pertanyaan itu sudah lebih khusus, spesifik. Oleh karena itu atas pertanyaan yang menghendaki jawaban kgusus, penggunaan pemusatan sangat diperlukan agar lebih mengarahkan jawaban yang diharapkan.
                d.            Pemindahan giliran
                Melalui pertanyaan diharapkan mengaktipkan belajar seluruh siswa. Oleh karena itu pemindahan giliran (redirecting) sangat penting agar jawaban tidak di dominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Disamping itu melalui pemindahann giliran dimaksudkan untuk lebih ,memperjelas jawaban.
                e.            Penyebaran
                Hampir sama dengan pemindahan giliran, melalui penyebaran dimaksudkan agar memberi kesempatan yang sama untuk menjawab atau mengemukakan pendapatnya.
                f.             Pemberian waktu berpikir
                Setelah pertanyaan diajukan kepada siswa, tidak secara langsung menyuruh siswa untuk menjawabnya, akan tetapi terlebih dahulu beri kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan merumuskan jawabannya, sehingga jawaban yang dikemukakan siswa merupakan hasil berpikir secara maksimal.
                g.            Pemberian tuntunan
                Kadang-kadang siswa mengalami kesulitan untuk mengemukakan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan oleh guru. Disinilah guru perlu memberi tuntunan(prompting),  sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas dan dapat memberikan jawabn secara tepat. Misalnya dengan cara mengulang kembali pertanyaanm lebih menyederhanakan lagi kalimat pertanyaan, atau memberikan penjelasan singkat terhadap materu yang ditanyakan.
E.            Prinsip-prinsip Keterampilan Bertanya Dasar
                Kegiatan bertanya hampir tidak pernah terlewatkan dalam setiap pembelajaran di setiap jenjang dan jenis sauan pendidikan dimanapun. Oleh karena itu keterampilan bertanya harus dilatih, dikembangkan, sehinggaa dapat memfasilitasi untuk terjadinya pembelajaran secara lebih aktip dan produktif.
Prinsip-prinsip pokok yang harus diperhatikan oleh para guru, calon guru dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain :
                1.            Kehangatan dan keantusiasan
                Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan sehingga siswa merasa aman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan antara lain bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliki nuansa psikologis yang hangat dan mendorong spirit belajar yang tinggi. Melalui penciptaan kondisi yang hangat siswa bebas dan aman untuk mengembangkan kemampuan berpikir melalui jawaban-jawaban yang disampaikannya.
2.            Memberikan waktu berpikir
                Disamping kedua prinsip tersebut di atas, untuk mengefektipkan keterampilan bertanya, hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut :
a)      Mengulangi pertanyaan sendiri
Kebiasaan mengulangi pertanyaan yang dianggap sudah jelas akan mengganggu konsentrasi siswa untuk menjawabnya. Oleh karena itu apabila pertanyaan yang di ajukan sudah dimengerti oleh siswa, guru tidak perlu mengulang lagi pertanyaan tersebut.
b)      Mengulangi jawaban siswa
                Memberikan penguatan terhadap jawaban siswa termasuk prinsip pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Namun apabila penguatan tersebut dilakukan dengan cara mengulangi lagi jawaban siswa bukan teknik penguatan yang baik dan harus di hindari, karena tidak akan mengembangkan pemikiran siswa.
3.            Menjawab pertanyaan sendiri
                Pertanyaan yang di ajukan oleh guru dimaksudkan untuk dijawan atau di respon oleh siswa Oleh karena itu guru tidak perlu menjawab sendiri atas pertanyaan yang di ajukannya, walaupun siswa belum menemukan jawabannya. Lebih baik guru menerapkan pertanyaan tuntunan terhadap pertanyaan pertama yang di ajukan sehingga siswa terdorong untuk menjawabnya.
4.            Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
                Kebiasaan mengajukan pertanyaan yang secara spontan memancing siswa bersama-sama menjawabnya harus dihindari. Misalnya apakah kalian setuju dengan pendapat dari teman kalian tadi ? Pertanyaan seperti itu secara spontan siswa akan menjawan setuju atau tidak. Sebaiknya pertanyaan diajukan kepada seluruh kelas, kemudian secara acak tunjuk salah seorang untuk menjawabnya, sehingga setiap siswa berusaha untuk berpikir.
5.            Mengajukan pertanyaan ganda
                Siswa akan mengalami kesulitan untuk menjawab secara analitis dan memusatkan pada satu pertanyaan. Misalnya jelaskan apa yang dimaksud dengan gempa tektonik, apa penyebabnya, bagaimana dampaknya terhadap lingkungan, dan seterusnya. Pertanyaan demikian akan membingungkan dan mempersulit siswa untuk mengkaji secara lebih mendalam, sehingga tidak akan didapatkan hasil belajar yang maksimal.
6.            Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
                Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan pertanyaan yang diajukan dimaksudkan untuk mengaktifkan belajar siswa, dan aktivitas belajar ditujukan bagi seluruh siswa. Oleh karena itu sebelum pertanyaan diajukan harus dihindari menyebut atau menentukan siswa tertentu terlebih dahulu yang harus menjawabnya. Bila terlebih dahulu sudah ditentukan salah seorang siswa yang harus menjawab, dikhawatirkan siswa yang lain tidak akan ikut berpikir





Tidak ada komentar:

KEMAJEMUKAN RAS DAN ETNIK MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1  Latar belakang Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa.Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu.Cir...