Minggu, 30 April 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VCT (Value Clarification Technique) PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VCT (Value Clarification Technique) PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Model-model Pembelajaran IPS
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd.






Disusun Oleh :
Sri Intan Gustina         (1403467)




PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2017

Jalan Dadaha No.18 Kota Tasikmalaya 46115 Jawa Barat




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang karena limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
 Dalam penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari dukungan moral dan materi yang di berikan dari semua pihak. Atas dasar itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini hingga selesai. Walaupun pada mulanya penyusun mengalami kesulitan dalam menyatukan dan memahami tulisan-tulisan dari berbagai sumber, namun alhamdulillah tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak guna membantu perbaikan untuk kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca umumnya. Dan Semoga makalah yang di sajikan ini dapat sesuai dengan indikator yang di harapkan.

                                



Tasikmalaya,  08 April 2017

                                                                                            Penyusun



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D.     Metodologi Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Model Pembelajaran VCT (Value Clarification                           Technique)............................................................................................................3
B. Prinsip dan Tujuan  Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)............................................................................................................5
C.      Sintaks, Implementasi dan Langkah-langkah Model Pembelajaran                                       VCT......................................................................................................................7
D. Karakteristik Model Pembelajaran VCT......................................................8
E.  Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran VCT Serta Cara                    Mengatasinya.....................................................................................................10

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan melalui kajian IPS ditunjukkan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
Banyak hal yang membuat pembelajaran IPS pada saat ini belum mencapai hasil yang diharapkan. Mulai dari kurikulum, rancangan pelaksanaan, strategi pembelajaran yang masih berpusat pada guru, maupun pendukung pembelajaran lainnya. Guru harus mampu menggali minat peserta didik karena dengan adanya minat atau motivasi pada peserta didik maka modal keberhasilan pembelajaran IPS sendiri akan tercapai.
Berdasarkan hal di atas, model pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat konvensional sehingga peserta didik sulit untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal. Model pembelajaran saat ini juga lebih menekankan pada aspek kebutuhan kognitif dan formal dibanding kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan oleh siswa. Mata pelajaran IPS memiliki peranan penting dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap sosial peserta didik dalam lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Salah satu upaya yang mampu mencapai hal itu adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai.
B.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah pokok dalam penulisan makalah ini adalah:
1)     Apa Hakikat Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)?
2)     Bagaimana Prinsip dan Tujuan  Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)?
3)     Bagaimana Sintaks, Implementasi dan Langkah-langkah Model Pembelajaran VCT ?
4)      Bagaimana Karakteristik Model Pembelajaran VCT ?
5)      Bagaimana Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran VCT Serta Cara Mengatasinya?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun  tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini :
1. Untuk memenuhi syarat mata kuliah Model-model Pembelajaran IPS di SD.
2. Mengembangkan wawasan baik teori maupun praktek pendidikan.
3. Untuk menjawab persoalan-persoalan dari rumusan masalah yang didapat.
4. Menjadikan karya tulis ini sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan.
D. Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, pembahasannya menggunakan metode deskriptif yakni pemaparan yang berkenaan dengan masalah yang diuraikan dan teknik libery riset (tinjauan pustaka). 

BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
 1.1 Model Pembelajaran
Dimyati, (2003 :109) berpendapat bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain”. Winataputra, (2006 :34) juga menyatakan bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para gurudalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka dapat diambil suatu simpulan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konsep yang melukiskan prosedur yang menjadi pedoman guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Ada bermacam-macam model pembelajaran yang disusun oleh para ahli, namun seluruh model pembelajaran memiliki ciri-ciri yang sama. Seperti yang diungkapkan Moedjiono, (2004 :72) menyampaikan beberapa ciri model pembelajaran yakni:
(a) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu, (b) mempunyai misi dan dijadikan pedoman untuk tujuan tertentu, (c) dapat digunakan sebagai perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas, (d) memiliki perangkat bagian model yang dinamakan sintaks, prinsip reaksi,  sistem sosial,  dan sistem pendukung.
1.2    Hakikat Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai.
Siswandi, (2009 :77) mengemukakan  bahwa:
Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun y ang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya.
Mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada ranah afektif seperti pendidikan kewarganegaraan, sangat tepat menggunakan model pembelajaran VCT. Pendidikan kewarganegaraan dan mata pelajaran sejenis berada pada ranah sikap yaitu wahana penanaman nilai, moral dan norma-norma baku seperti rasa sosial nasionalisme, bahkan sistem keyakinan. Pendidikan kewarganegaraan seharusnya mampu mengeksplorasi wilayah dalam diri seseorang (internal side), dan salah satu hasil dari internal side adalah sikap.Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang sebelum berbuat, sehingga sikap merupakan ambang batas seseorang antara sebelum melakukan sesuatu perbuatan atau berperilaku tertentu.Untuk mengubah sikap inilah maka bisamenggunakan pembelajaran salah satunya adalah VCT.
Teknik mengklarifikasi nilai (Value Clarafication Technique ) atau sering disingkat VCT merupakan teknik pembelajaran untuk membantu siswa dalam mencapai dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa (Taniredja, 2011 :88).
Karakteristik teknik nilai VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses.
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Telah kita ketahui bersama bahwa Istilah “pembelajaran” mengandung makna yang lebih luas dari pada “mengajar”. Pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang. 
Value Clarification Technique (VCT) sebagai teknik pengajaran untuk menanamkan dan menggali mengungkapkan nilai-nilai tertentu dalil pada diri siswa. VCT adalah sebuah  metode dalam model pembelajaran mediatif, VCT biasanya digunakan  khususnya untuk pendidikan nilai/ afektif. Dalam konteks pendidikan persekolahan di Indonesia istilah VCT sebenarnya sudah dikenal sejak berlakunya kurikulum 1975, yang diartikan sebagai “Teknik Pembinaan Nilai”. Dalam pembelajaran VCT dapat dikembangkan dalam berbagai cara yang tentunya telah diadaptasi dari Negara-negara barat. Beberapa diantaranya adalah model VCT dari Kohelberg yang terkenal dengan “Controversial Issues”, VCT model Hilda Taba yang terkenal dengan nama model “value Inquiry Question” dan kemudian Simon, dkk. dengan 79 jenis model strategi klarifikasinya.[1] Djahiri mengemukakan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”[2]
2.     Prinsip dan Tujuan  Model Pembelajaran VCT (Value Clarification  Technique)
2.1 Prinsip- prinsip Model Pembelajaran VCT 
Taniredja, (2011:89) mengemukakan pendapat bahwa terdapat lima prinsip-prinsip VCT, yaitu:
a) Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor antara lain faktor potensi diri, kepekaan emosi, intelektual dan faktor lingkungan, norma nilai masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan keluarga dan lingkungan bermain; 
b) sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah tertanam atau dimiliki pada diri siswa; 
c) nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral (moral development) dari setiap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk siswa dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial; 
d) pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran diri bukan karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau berbuat tertentu; 
e) pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui VCT menuntut keterbukaan antara guru dan siswa.
2.2 Tujuan VCT
Menurut Sanjaya (2010) menjelaskan tujuan penggunaan VCT yakni untuk mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai, b) menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sifat yang positif maupun negatif untuk selanjutnya ditanamkan ke arah peningkatan dan pencapaian target nilai,c) menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional (logis) dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral, d) Melatih siswa dalam menerima menilai nilai dirinya dan posisi orang lain, menerima serta pengambil keputusan terhadap suatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.
Tujuan lain dari model pembelajaran VCT, antara lain:
a) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun negative.
b) Untuk menanamkan suatu nilai  kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima sebagai milik pribadinya.
c) Melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat.
Tujuan secara langsung bagi siswa dalam penerapan model VCT seperti yang disampaikan Siswandi, (2009 :67) yaitu:
a) membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain
b) membantu siswa agar mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur terhadap orang lain terkait dengan nilai-nilainya sendiri
c) membantu siswa agar mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri.
3. Sintaks, Implementasi dan Langkah-langkah Model Pembelajaran VCT
3.1 Sintaks Model Pembelajaran VCT
Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) mempunyai sintak pembelajaran sebagai berikut.
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Guru membuat atau mencari media stimulus, berupa contoh keadaan/perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema target pembelajaran.

Menentukan pembahasan atau pembuktian argumen pada pase ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep sesuai dengan materi pembelajaran.


2 Guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita atau menampilkan gambar, foto, atau film.
Siswa menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui Pertanyaan guru dan bersifat individual,kelompok, dan klasikal).

3 Guru memberi kesempatan beberapa saat kepada siswa berdialog sendiri atau sesame teman sehubungan dengan stimulus tadi.
Siswa melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara individual ,kelompok atau klasikal.

4 Guru mampu merangsang, mengundang, dan melibatkan potensi afektual siswa.
Siswa melaksanakan hal yang terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa (ada dalam lingkungan kehidupan siswa).

Tabel  2.1. Tabel Sintak Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Sumber: (Djajari, 2012:92)
Secara lebih jelas pembelajaran dengan model VCT menurut Siswandi, (2009:92) dapat dilihat pada bagan berikut.

1.       Membuat/mencari media stimulus. Berupa contoh keadaan/perbuatan yang memuat  nilai-nilai kontras yang disesuaikan dengan topik atau tema target pembelajaran. Dengan persyaratan hendaknya mampu merangsang, melibatkan dan mengembangkan potensi afektual siswa, terjangkau dengan tingkat berpikir siswa. Misalnya contoh peristiwa “Tabrak Lari”
2.     Kegiatan pembelajaran. Pertama, guru melontarkan stimulus dengan cara membaca/menampilkan cerita atau menampilkan gambar, kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru sendiri atau meminta bantuan kepada siswa lain. Kedua, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog sendiri atau sesama teman sehubungan dengan stimulus tadi. Ketiga, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan yang telah disusun oleh guru yang berhubungan dengan stimulus tadi, baik secara individual maupun berkelompok. Keempat, menentukan argumen atau pendirian melalui pertanyaan guru baik secara individual maupun berkelompok. Kelima, pembahasan atau pembuktian argumen. Keenam penyimpulan
3.2 Implementasi Model Pembelajaran VCT
a.       Persiapan
Pertama, menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan. Dalam kesempatan ini diambil contoh materi kedisiplinan. Kedua, menetapkan bagian mana dari materi kedisiplinan yang akan disajikan melalui analisis nilai, materi dapat dipilah seperti; kedisiplinan dirumah, sekolah maupun di jalan raya. Ketiga, menyusun skenario pembelajaran sehingga jelas langkah-langkah pembelajarannya. Keempat, menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT seperti cerita, guntingan koran atau memutar video. Kelima, menyiapkan lembar kerja yang berisi panduan terperinci bagi siswa dalam ber-VCT.
b.      Pelaksanaan
Pertama, setelah membuka pelajaran, dijelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-VCT. Kedua, pelontaran stimulus oleh guru atau siswa yang telah di rancang sedemikian rupa. Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Keempat, melaksankan dialog terpimpin melalui perntanyaan guru baik secara individual, kelompok maupun secara klasikal. Kelima, menentukan argumen  dan klarifikasi pendirian. Keenam, pembahasan/pembuktian argumen. Pada tahap ini sudah mulai ditanamkan target nilai dan konsep yang sesuai dengan materi. Ketujuh, penyimpulan yang dapat berupa bagan intisari metari.
Dengan model pembelajaran VCT, akan mudah mengungkap sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang disajikan oleh guru. Tentu saja harus dibekali dengan kemampuan guru dalam menguasai keterampilan dan teknik dasar mengajar dengan baik. Sikap demokratis, ramah, hangat dan nuansa kekeluargaan yang akrab diperlukan, sehingga siswa berani berpendapat dan beda pendapat dengan guru maupun dengan siswa lain. Sedangkan untuk evaluasi anda dapat melakukan evalusi proses dan evaluasi hasil belajar. Pada evaluasi proses dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan jalannya diskusi, sikap dan aktivitas siswa maupun proses pembelajaran secara menyeluruh dan evaluasi hasil dapat dilihat dari hasil tes. Jangan lupa memberikan pujian kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun kepada siswa yang berpendapat belum lengkap 
Sementara itu, Taniredja, (2011) mengemukakan Langkah-langkah pembelajaran VCT sebagai berikut.
a)     Kebebasan Memilih. Pada tingkat ini terdapat tiga tahap kegiatan yang harus dijalankan, yakni:
1)     Memilih cecara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh.
2)     Memilih dari beberapa alternatif. Artinya untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas.
3)     Memilih dari beberapa alternatif pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.
b)     Menghargai. Tingkat pembelajaran VCT pada kegiatan ini terdiri dari dua tahap, yakni:
1)     Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai  yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dalam dirinya.
2)     Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menganggap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadakan untuk menunjukan di depan orang lain.
c)     Berbuat.Tahap terakhir dalam model pembelajaran VCT terdiri dari dua tahap yakni:
1)      Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
2)     Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus mencerminkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kertawisastra (2003) VCT menekankan bagaimana sebenarnya seorang membangun nilai yang menurut anggapanya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dalam praktik pembelajaran, hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka, sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya. Kertawisastra (2003) menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan VCT melalui proses dialog, antara lain:
(a) Hindari penyampaian proses pemberian nasehat, yaitu memberikan pesan-pesan moral yang dianggap guru baik, (b) Jangan memaksakan siswa untuk memberikan respon tertentu apabila memang siswa tidak menghendakinya, (c) Usahakan dialog dilaksanakan secara bebas dan terbuka, sehingga siswa akan mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya, (d) Dialog dilaksanakan kepada individu, bukan kepada kolompok di kelas, (e) Hindari respon yang dapat menyebabkan siswa terpojok, sehingga ia menjadi defensive, (f) Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu, (g) Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam. (h) Tidak monoton, guru tidak mendominasi seluruh waktu pesera didik, perataan aktivitas potensi diri serta keanekaragaman kemampuan peserta didik lebih dapat terlayani

Pembelajaran VCT mengundang dan melibatkan serta mendialogkan seluruh struktur potensi afektual peserta didik maupun struktur kognitif dan fsikomotoriknya. Proses kegiatan belajar siswa dengan model VCT dapat melatih kepekaan dan kemantapan keterampilan afektual serta memberikan aneka penalaman.
4. Karakteristik Model Pembelajaran VCT
Dari sintak model VCT, dapat dijelaskan karakteristik pembelajaran VCT yakni: 
(1) siswa terlibat secara aktif  dalam mengembangkan pemahaman dan pengenalannya terhadap nilai-nilai pribadi, mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan pribadi
(2) mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan mengembangkan ketrampilan siswa dalam melakukan proses menilai
(3) menggali dan mempertegas nilai-nilai yang dimiliki oleh siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, hal yang terpenting dalam melaksanakan modelVCT agar bisa berjalan efektif adalah perlu adanya siswa yang mau dan mampu terlibat aktif dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, dituntut siswa yang secara potensial memiliki kemampuan berfikir secara kritis. Dalam hal ini peranan guru sebagai motivator pembelajaran sangat diperlukan, suasana kekeluargaan yang hangat juga sangat penting.Sehingga siswa tidak malu untuk ikut aktif dalam pembelajaran.

5. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran VCT Serta Cara Mengatasinya
5.1      Kelebihan Model Pembelajaran VCT
Menurut A. Kosasih Djahiri Model ini dianggap unggul karena:
a) Mampu membina dan mempribadikan nilai dan moral
b) Mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan.
c) Mampu mengklarifikasi  dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata;
d) Mampu mengundang, melibatkan, membina, dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya,
e) Mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan;
f) Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral naïf yang ada dalam system nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang;
g) Menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
Menurut Taniredja (2011) VCT memiliki kebaikan untuk pembelajaran afektif karena:
a)     Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal side.
b)     Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/ moral.
c)     Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.
d)     Mampu mengundang, melibatkan, membina, mengembangkan potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap.
e)     Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.
f)      Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada pada diri seseorang.
g)     Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
5.2 Kelemahan Model Pembelajaran VCT
                 Proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, yang artinya guru yang menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah ada tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa. Karena ketidakcocokan antar nilai lama yang sudah ada terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru.
Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) mempunyai beberapa kelemahan. Terkait hal tersebut, Taniredja (2011:88) menyatakan kelemahan VCTsebagai berikut.
a)     Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan memunculkan sikap semu atau imitasi.
b)     Sistemnilai yang memiliki dan tertanam guru, peserta didik, dan masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik.
c)     Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama memerlukankemampuan atau ketrampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan menggali/nilai yang ada dalam diri peserta didik.
d)     Memerlukankreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia dilingkungan terutama yang aktual dan paktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
5.3 Cara Mengatasi Kelemahan Value Clarification Technique (VCT)
Berdasarkan kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)di atas ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. Terkait hal tersebut, Taniredja. (2011 :92) mengemukakan beberapa cara dalam mengatasi kelemahan VCTsebagai berikut.
   a)      Guru berlatih dan memiliki ketrampilan mengajar sesuai dengan standar kompetensi guru. Pengalaman guru yang berulangkali menggunakan VCT akan memberikan pengalaman yang sangat berharga karena memunculkan model-model VCT yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan kreativitas guru.
b)      Dalam setiap pembelajaran mengguanakan tematik atau pendekatan kontekstual, antara lain dengan mangambil topik yang sedang terjadi dan ada disekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan pemerintah

















BAB III
PENUTUP
A.` Kesimpulan
Dengan model pembelajaran VCT, akan mudah mengungkap sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang disajikan oleh guru. Tentu saja harus dibekali dengan kemampuan guru dalam menguasai keterampilan dan teknik dasar mengajar dengan baik. Sikap demokratis, ramah, hangat dan nuansa kekeluargaan yang akrab diperlukan, sehingga siswa berani berpendapat dan beda pendapat dengan guru maupun dengan siswa lain. Sedangkan untuk evaluasi guru dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Pada evaluasi proses dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan jalannya diskusi, sikap dan aktivitas siswa maupun proses pembelajaran secara menyeluruh dan evaluasi hasil dapat dilihat dari hasil tes. Dan memberikan pujian kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun kepada siswa yang berpendapat belum lengkap secara variatif.
B. Saran
Dalam membelajarkan siswa seorang guru perlu menggunakan model atau metode agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Pemilihan model dan materi juga perlu diperhatikan ketepatannya dengan bahan ajar yang akan disampaikan. Salah satu dari banyak model pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yakni VCT. Diharapkan melalui makalah ini, sedikitnya dapat memberikan informasi terkait penerapan model VCT kepada calon pendidik serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam membelajarkan IPS kepda siswa. 




DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Satia. 2012. Makna Model Pembelajaran. Jakarta: CV. Bangun Nusa Depok.
Dantes. 2006.Evaluasi dan hasil penilaian proses belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati.2003. Strategi Belajar Mengajar IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Djajari. 2012. Model Pembelajaran Inovatif dan Proses Pembelajaran Konvensional. Jakarta: Balai Pustaka.
Erawati, Widya. 2011.Implementasi Model VCT (Values Clarification Technique) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester 1 SD No. 3 Purwakerthi Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2011/2012. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha
Gagne, Robert M. 2003. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional.
Gunawan,Rudy. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung:ALFABETA.
http://gustila.blogspot.co.id/ Pembelajaran IPS dengan Model VCT, diakses pada 08 April 2017 pukul19.52 WIB.
http://putusutrisna.blogspot.co.id/2016/03/model-pembelajaran-value-clarification.html Model Pembelajaran VCT, diakses pada 08 April 2017 pukul 20.03 WIB.























1 komentar:

padernlabarge mengatakan...

JTV Casino | Casino in East Windsor - TicketSmarter
Get exclusive 여주 출장안마 JTV Casino seating charts, ticket information, directions, and 제천 출장마사지 seating charts. JTV 순천 출장마사지 Casino. 0. East Windsor, ON. Directions. 구미 출장안마 857.270.00. 화성 출장마사지 Event

KEMAJEMUKAN RAS DAN ETNIK MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1  Latar belakang Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa.Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu.Cir...